Jakarta, CNBC Indonesia – Calon wakil presiden (cawapres ) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin mengkritik besarnya porsi pembayaran utang terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dalam debat cawapres , Jumat 922/12/2023), Cak Imin mengingatkan pertumbuhan ekonomi tidak boleh digenjot terlalu tinggi dengan mengandalkan utang.
“Target pertumbuhan 5,5 – 6% itu dengan kalkulasi ada kalau kita tidak terlampau realistis, ujung-ujungnya utang luar negeri lagi. Utang bisa jadi beban untuk anak kita. Sekarang Rp 3.000 triliun APBN saja untuk bayar utangnya cukup tinggi, mengurangi tidak kurang dari 20% untuk bayar utang luar negeri,” tutur Muhaimin dalam debat.
Merujuk pada data Kementerian Keuangan menunjukkan dalam enam tahun terakhir (2017-2022) pemerintah menghabiskan 31% anggaran untuk membayar utang. Angka tersebut lebih besar dibandingkan yang disebut Cak Imin.
Rata-rata utang yang harus dibayar adalah Rp 782 triliun per tahun. Termasuk di dalamnya adalah untuk pembayaran cicilan pokok utang dan bunga, baik utang luar ataupun dalam negeri.
Pembayaran utang melonjak dari Rp 566, 8 triliun pada 2017 atau sekitar 28,24% dari APBN menjadi Rp 906, 3 triliun atau 29,3% pada 2022.
Pada 2021, penggunaan APBN untuk membayar cicilan utang dan bunga utang bahkan menembus 32,4% dari APBN.
https://datawrapper.dwcdn.net/G4DbG/2/
Pada 2022, pembayaran utang menembus Rp 906,34 triliun dengan rincian cicilan pokok utang luar negeri sebesar Rp 79,28 triliun, pembayaran utang dalam negeri sebesar Rp 440,56 triliun serta bunga utang sebesar Rp 386,5 triliun.
Pembayaran bunga utang menjadi salah satu alasan mengapa porsi pembayaran utang sangat besar. Bunga utang melonjak drastis 78% dari Rp 219,6 triliun pada 2017 menjadi Rp 386,5 triliun pada 2022.
Besarnya pembayaran utang untuk APBN pernah disorot tajam oleh mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla Mei 2023. Jusuf Kalla mengungkapkan, dalam setahun pemerintah membayar utang mencapai Rp 1.000 triliun.